Langsung ke konten utama

Budaya muslim indonesia

Budaya muslim indonesia yang harus diperbaharui pemahamannya :

  • Rebo Wekasan


Rebo Wekasan merupakan suatu perayaan unik yang hanya ada di desa Suci, kecamatan Manyar Kabupaten Gresik dan hanya dirayakan pada Rabu terakhir di Bulan Shafar kalender Hijriyyah. Dinamakan Rebo Wekasan karena pada zaman dahulu terjadi bencana kekeringan di sebuah desa bernama Pelaman, sebenarnya sunan Giri telah memberikan petunjuk kalau ada sumber air yang sangat besar di sekitar Masjid Pelaman. Tetapi lama kelamaan sumber air tadi menyusut. Kemudian Sunan Giri memberi petunjuk jika mereka menemukan tempat yang banyak tumbuh pepohonan maka akan ada sumber air disana. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya mereka menemukan tempat tersebut di sebuah desa bernama Pongangan. Dari sinilah perayaan Rebo Wekasan ada karena hari ditemukannya sumber tersebut dan selesainya pembangunan masjid yang semula ada di desa Pelaman jatuh pada hari Rebo Pungkasan di bulan Shafar kalender Hijriyyah. Saat ini perayaan Rebo Wekasan lebih menyerupai perayaan idul adha atau Idul Fitri, dimana masyarakatnya juga melakukan ritual anjang sana dan makan makan ketupat lontong. Selain itu ada juga pasar malam atau pasar senggol yang menjual makanan tradisional.

(Sumber : *Grissee Tempo Doeloe http://www.gresik.go.id/ar_view.php?id=25).

Adapun shalat thalak bala'/rebo wekasan adalah perbuatan bid'ah yang jelas,Dasar pengambilan Hamisy I’anatut Thalibin juz 1 halaman 270:

أمَّا الصَّلاَةُ المَعْرُوفَةُ لَيْلَةَ الرَّغَائِبِ وَنِصْفَ الشَّعْبَانِ وَيَومَ عَاشُرَاءَ فَبِدْعَةٌ قَبِيْحَةٌ وَاَحَادِيْثُهَا مَوْضُوعَةٌ.

”Adapun salat yang dikenal pada malam-malam yang dicintai dan pada malam nisfu Sya’ban serta hari Asyura’ adalah bid’ah yang jelek, sedangkan hadist-hadist (mengenai hal itu) adalah palsu”.

  • Tahlilan

Tahlilan berasal dari kata TAHLIL, yg mempunyai arti mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” (tiada Tuhan yang layak disembah selain ALLAH SWT).ALLAH lah satu-satunya Dzat penguasa seluruh alam semesta, pencipta, pemelihara, pengatur, pemberi rizki, yang menghidupkan dan yang mematikan. Hal ini diperkuat dengan ayat Qur’an, Luqman:25 :

"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."

Bagi mayoritas masyarakat Indonesia, tahlilan identik dengan memperingati hari kematian seseorang. Yang biasa dilakukan adalah tahlilan 1-7 hari meninggalnya, 40 hari, 100 hari,Haul (tahunan) dst.Fenomena ini dilakukan tidak saja di lingkungan dusun/kampung, namun juga dilakukan oleh masyarakat perkotaan.Imam Asy Syafi’I,telah berkata dalam kitabnya Al Um (I/318) :
Aku benci al ma’tam yaitu berkumpul-kumpul di rumah ahli mayit meskipun tidak ada tangisan, karena sesungguhnya yang demikian itu akan memperbaharui kesedihan .” Sementara itu, Imam Ibnul Qayyim, di kitabnya Zaadul Ma’aad (I/527-528) menegaskan bahwa berkumpul-kumpul ( dirumah ahli mayit ) dengan alasan untuk ta’ziyah dan membacakan Qur’an untuk mayit adalah ” Bid’ah ” yang tidak ada petunjuknya dari Nabi SAW.

Yang di sunnahkan oleh Rasulullah adalah Tawassul.Tawassul adalah sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits shahih di bawah ini : Wahai Allah, Demi orang-orang yang berdoa kepada Mu, demi orang-orang yang bersemangat menuju (keridhoan)Mu, dan Demi langkah-langkahku ini kepada (keridhoan)Mu, maka aku tak keluar dengan niat berbuat jahat, dan tidak pula berniat membuat kerusuhan, tak pula keluarku ini karena riya atau sumah....... hingga akhir hadits. (HR Imam Ahmad, Imam Ibn Khuzaimah, Imam Abu Naiem, Imam Baihaqy, Imam Thabrani, Imam Ibn Sunni, Imam Ibn Majah dengan sanad Shahih). Hadits ini kemudian hingga kini digunakan oleh seluruh muslimin untuk doa menuju masjid dan doa safar. Tujuh Imam Muhaddits meriwayatkan hadits ini, bahwa Rasul saw berdoa dengan Tawassul kepada orang-orang yang berdoa kepada Allah, lalu kepada orang-orang yang bersemangat kepada keridhoan Allah, dan barulah bertawassul kepada Amal shalih beliau saw (demi langkah-langkahku ini kepada keridhoanMu).

Dalil tawassul adalah sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits yang dikeluarkan oleh Abu Nu'aim, Thabrani dan Ibn Hibban dalam shahihnya, bahwa ketika wafatnya Fathimah binti Asad (Bunda dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, dalam hadits itu disebutkan Rasul saw rebah/bersandar dikuburnya dan berdoa : Allah Yang Menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Hidup tak akan mati, ampunilah dosa Ibuku Fathimah binti Asad, dan bimbinglah hujjah nya (pertanyaan di kubur), dan luaskanlah atasnya kuburnya, Demi Nabi Mu dan Demi para Nabi sebelum ku, Sungguh Engkau Maha Pengasih dari semua pemilik sifat kasih sayang., jelas sudah dengan hadits ini pula bahwa Rasul saw bertawassul di kubur, kepada para Nabi yang telah wafat, untuk mendoakan Bibi beliau saw (Istri Abu Thalib).

Demikian pula tawassul Sayyidina Umar bin Khattab ra. Beliau berdoa meminta hujan kepada Allah : "Wahai Allah, kami telah bertawassul dengan Nabi kami (saw) dan Engkau beri kami hujan, maka kini kami bertawassul dengan Paman beliau (saw) yang melihat beliau (saw), maka turunkanlah hujan..”. maka hujanpun turun. (Shahih Bukhari hadits no.963 dan hadits yang sama pada Shahih Bukhari hadits no.3508).

Tawassul bukanlah meminta kekuatan orang mati atau yang hidup, tetapi berperantara kepada keshalihan seseorang, atau kedekatan derajatnya kepada Allah swt, sesekali bukanlah manfaat dari manusia, tetapi dari Allah, yang telah memilih orang tersebut hingga ia menjadi shalih, hidup atau mati tak membedakan Kudrat Ilahi atau membatasi kemampuan Allah, karena ketakwaan mereka dan kedekatan mereka kepada Allah tetap abadi walau mereka telah wafat.

( Sumber : Habib Munzir Almusawa, http://bahrusshofa.blogspot.com/2006/09/tawassul-bicara-habib-munzir_05.html )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Seorang Munafik di Zaman Rasulullah

Kisah ini disampaikan oleh sahabat Ibnu umar Radhiallahu ‘anhu , Muhammad bin Kaeb Radhiallahu ‘anhu , Zaid bin Aslam Radhiallahu ‘anhu dan Qatadah Radhiallahu ‘anhu berkata (ringkasnya demikian): Ada seorang laki-laki (munafik) pada waktu perang Tabuk dia berkata: “Tidaklah kami melihat semisal Qurra’ (pembaca al-Qur’an) kita ini, mereka paling besar perutnya (karena banyak makan), paling pendusta (ketika berbicara), paling penakut (bila berhadapan dengan musuh).” Perkataan itu ditujukan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Mendengar hal tersebut Auf bin Malik Rahimahullah berkata kepadanya: “Bohong kamu, akan tetapi kamu munafiq, sungguh aku akan memberitahu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam .” Maka pergilah Auf untuk menjumpai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahu perkataan orang munafiq ini. Belum sampai Auf bin Malik datang menjumpai beliau, telah turun ayat yang memberitahu keadaan tersebut dengan sebenarnya. Yaitu ayat yang terdapat dalam QS.

Bai'at 'Aqabah

Bai'at 'Aqabah yang Pertama . Pada tahun kedua belas kenabian, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam bertemu dengan dua belas orang dari Yatsrib. Mereka pun masuk Islam. Kemudian mereka berbaiat (bersumpah setia) kepada beliau. Isi baiat itu ada tiga perkara: Tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Melaksanakan apa yang Allah perintahkan. Berhenti dari apa yang Allah larang (meninggalkannya) . Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam mengirim Mush'ab bin 'Umair dan 'Amr bin Ummi Maktum ke Yatsrib bersama mereka untuk mengajarkan kepada manusia perkara-perkara Agama Islam, membaca Al Qur'an, shalat, dan sebagainya. Baiat 'Aqabah yang Kedua . Pada tahun ketiga belas kenabian Mush'ab bin 'Umair Rodhiallahu 'anhu kembali. Ikut bersamanya penduduk Yatsrib yang sudah masuk Islam. Jumlah mereka tujuh puluh tiga laki-Iaki dan dua wanita. Wanita itu adalah Nusaibah bintu Ka'ab dan Asma' bintu 'Amr