Langsung ke konten utama
Dari milist tetangga.....nice word...


KAPAN TERAKHIR KITA MENCIUM IBU?



Saya berharap Ibu kita masih ada.

Betapa menyesalnya, bila telah tiada.

Ketika kita lahir menangis, Ibu

ketawa, semua orang tertawa gembira

Ibu yang pertama kali dan setiap saat

mencium kita, dulu.

Kini Ia akan terus melakukannya, sayang

kita merasa tidak perlu.

Tanpa pamrih ia lakukan. Dengan kasih

sayang penuh Ia berikan.

Ketika kita ingusan, Ia rela menghirup

Ingus kita dengan mulut manisnya.

Ketika kita sakit, ia ikut sakit.

Ketika kita tidak bisa tidur,

ia ikut ikut lembur.

Ketika kita tak mau makan, ia korbankan

Apa saja agar kita makan.

Apa yang bisa kita lakukan saat ini?

Coba kita lakukan setelah membaca

puisi ini, begitu ketemu, cium Ibu.

Bila jauh, angkat telepon, minta ampun

Saya bayangkan Ibu akan meneteskan air mata.

Air mata ketulusan kasih sayang seorang Ibu

Bila kita mati buatlah sebaliknya.

kita ketawa gembira, setidak-tidaknya tersenyum.

Sementara Ibu dan seluruh kerabat kita

yang ditinggal menangis sedih

Sungguh kita tidak tahu, bagaimana

keadaan kita nanti ketika mati.

Apakah bisa tertawa, atau

malah Ditertawakan !


Semoga bermanfaat
Hasan Basri (yang sudah tidak bisa mencium ibu yang sudah fana).

Komentar

  1. Bismillahirrahmaanirrahiim....

    Ya Allah
    Rendahkanlah suaraku bagi mereka
    Perindahlah suaraku di depan mereka
    Lunakkanlah watakku terhadap mereka, dan
    Lembutkanlah hatiku untuk mereka

    Ya Allah
    Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
    Atas didikan mereka padaku dan
    Pahala yang besar
    Atas kasih sayang yang mereka limpahkan
    Peliharalah mereka
    Sebagaimana mereka memeliharaku

    Ya Allah
    Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan,
    atau kesusahan yang mereka derita karena aku,
    atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku
    Jadikanlah itu semua
    Penyebab rontoknya dosa-dosa mereka
    Meningginya kedudukan mereka dan
    Bertambahnya pahala kebaikan mereka
    dengan perkenan-Mu, ya Allah
    sebab hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda

    Ya Allah
    Bila maghfiroh-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
    Izinkanlah mereka memberi syafaat untukku
    Tetapi jika maghfiroh-Mu lebih dahulu mencapai diriku,
    maka izinkanlah aku memberi syafaat untuk mereka

    Sehingga kami semua berkumpul
    Bersama dengan santunan-Mu
    ditempat kediaman yang dinaungi kemuliaan-Mu, ampunan-Mu serta rahmat-Mu

    Sesungguhnya Engkaulah
    Yang memiliki karunia Maha Agung,
    serta anugerah yang tak berakhir dan
    Engkaulah yang Maha Pengasih diantara semua pengasih.


    Wassalam,
    Femme d' ISLAM

    BalasHapus

Posting Komentar

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Name/URL: Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonymous: Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).

Postingan populer dari blog ini

Budaya muslim indonesia

Budaya muslim indonesia yang harus diperbaharui pemahamannya : Rebo Wekasan Rebo Wekasan merupakan suatu perayaan unik yang hanya ada di desa Suci, kecamatan Manyar Kabupaten Gresik dan hanya dirayakan pada Rabu terakhir di Bulan Shafar kalender Hijriyyah. Dinamakan Rebo Wekasan karena pada zaman dahulu terjadi bencana kekeringan di sebuah desa bernama Pelaman, sebenarnya sunan Giri telah memberikan petunjuk kalau ada sumber air yang sangat besar di sekitar Masjid Pelaman. Tetapi lama kelamaan sumber air tadi menyusut. Kemudian Sunan Giri memberi petunjuk jika mereka menemukan tempat yang banyak tumbuh pepohonan maka akan ada sumber air disana. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya mereka menemukan tempat tersebut di sebuah desa bernama Pongangan. Dari sinilah perayaan Rebo Wekasan ada karena hari ditemukannya sumber tersebut dan selesainya pembangunan masjid yang semula ada di desa Pelaman jatuh pada hari Rebo Pungkasan di bulan Shafar kalender Hijriyyah. Saat ini perayaan Rebo

Kisah Seorang Munafik di Zaman Rasulullah

Kisah ini disampaikan oleh sahabat Ibnu umar Radhiallahu ‘anhu , Muhammad bin Kaeb Radhiallahu ‘anhu , Zaid bin Aslam Radhiallahu ‘anhu dan Qatadah Radhiallahu ‘anhu berkata (ringkasnya demikian): Ada seorang laki-laki (munafik) pada waktu perang Tabuk dia berkata: “Tidaklah kami melihat semisal Qurra’ (pembaca al-Qur’an) kita ini, mereka paling besar perutnya (karena banyak makan), paling pendusta (ketika berbicara), paling penakut (bila berhadapan dengan musuh).” Perkataan itu ditujukan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Mendengar hal tersebut Auf bin Malik Rahimahullah berkata kepadanya: “Bohong kamu, akan tetapi kamu munafiq, sungguh aku akan memberitahu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam .” Maka pergilah Auf untuk menjumpai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahu perkataan orang munafiq ini. Belum sampai Auf bin Malik datang menjumpai beliau, telah turun ayat yang memberitahu keadaan tersebut dengan sebenarnya. Yaitu ayat yang terdapat dalam QS.