Langsung ke konten utama

Hijrah ke Habasyah

Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam telah memulai dakwah dengan terang-terangan. Maka kaum musyrikin semakin keras mengganggu beliau. Mereka menyatakan permusuhan pada beliau. Berbagai cara permusuhan mereka tampakkan. Di antaranya adalah dengan membuat-buat kedustaan tentang beliau. Mereka melontarkan tuduhan-­tuduhan batil pada beliau. Mereka menyebut Nabi Sholallahu 'alaihi wasalam sebagai orang gila. Beliau juga disifati sebagai dukun. Kaum musyrikin juga mencela Al Qur'an Al Karim. Mereka mengatakan Al Qur'an adalah dongengan-dongengan orang terdahulu.

Siksaan yang menimpa kaum musliminpun semakin bertambah berat. Maka Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam memberikan perintah agar kaum muslimin hijrah (berpindah) ke Habasyah. Karena Habasyah memiliki seorang raja, yang tidak akan membiarkan ada orang didzalimi di sisinya. Nama raja itu Najasyi. Kaum muslimin berhijrah dua kali ke Habasyah.

Hijrah ke Habasyah yang Pertama
Hijrah ini terjadi pada tahun kelima kenabian. Kaum muslimin yang berhijrah ada sebelas orang laki-laki dan empat orang wanita. 'Utsman bin 'Affan dan istrinya Ruqayyah bintu Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam termasuk orang-orang yang berhijrah pertama kali ke Habasyah.

Hijrah ke Habasyah yang Kedua
Orang-orang yang berhijrah ke Habasyah mendengar berita bahwa penduduk Makkah telah masuk Islam. Maka mereka pun kembali ke Makkah. Di antara mereka ada 'Utsman bin Mazh'un. Kemudian mereka mendapati bahwa berita itu tidak benar. Sehingga mereka kembali lagi ke Habasyah. Jumlah kaum muslimin yang hijrah juga bertambah. Ada delapan puluh tiga laki-laki dan delapan belas wanita.

Quraisy mengirim dua utusan kepada Raja Najasyi. Mereka adalah 'Amr bin Al 'Ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah. Mereka meminta agar Najasyi mengembalikan kaum muslimin kepada mereka di Makkah. Namun Najasyi menolak karena ia melihat kebenaran ada di pihak kaum muslimin.

Mayoritas orang yang berhijrah ke Habasyah berhijrah ke Madinah setelah agama Islam kokoh di Madinah. Ja'far bin Abi Thalib Rodhiyallahu 'anhu dan beberapa orang tertinggal di Habasyah. Mereka baru ke Madinah pada saat penakhlukan Khaibar, di tahun ketujuh hijriyyah.

Sumber: Muqarrar al-Mustawa Ats Tsalits fis Siratin Nabawiyyah—Syu'bah Ta'lim al-Lughah al-'Arabiyyah al-Jami'ah al-Islamiyyah, Madinah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya muslim indonesia

Budaya muslim indonesia yang harus diperbaharui pemahamannya : Rebo Wekasan Rebo Wekasan merupakan suatu perayaan unik yang hanya ada di desa Suci, kecamatan Manyar Kabupaten Gresik dan hanya dirayakan pada Rabu terakhir di Bulan Shafar kalender Hijriyyah. Dinamakan Rebo Wekasan karena pada zaman dahulu terjadi bencana kekeringan di sebuah desa bernama Pelaman, sebenarnya sunan Giri telah memberikan petunjuk kalau ada sumber air yang sangat besar di sekitar Masjid Pelaman. Tetapi lama kelamaan sumber air tadi menyusut. Kemudian Sunan Giri memberi petunjuk jika mereka menemukan tempat yang banyak tumbuh pepohonan maka akan ada sumber air disana. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya mereka menemukan tempat tersebut di sebuah desa bernama Pongangan. Dari sinilah perayaan Rebo Wekasan ada karena hari ditemukannya sumber tersebut dan selesainya pembangunan masjid yang semula ada di desa Pelaman jatuh pada hari Rebo Pungkasan di bulan Shafar kalender Hijriyyah. Saat ini perayaan Rebo

Kisah Seorang Munafik di Zaman Rasulullah

Kisah ini disampaikan oleh sahabat Ibnu umar Radhiallahu ‘anhu , Muhammad bin Kaeb Radhiallahu ‘anhu , Zaid bin Aslam Radhiallahu ‘anhu dan Qatadah Radhiallahu ‘anhu berkata (ringkasnya demikian): Ada seorang laki-laki (munafik) pada waktu perang Tabuk dia berkata: “Tidaklah kami melihat semisal Qurra’ (pembaca al-Qur’an) kita ini, mereka paling besar perutnya (karena banyak makan), paling pendusta (ketika berbicara), paling penakut (bila berhadapan dengan musuh).” Perkataan itu ditujukan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Mendengar hal tersebut Auf bin Malik Rahimahullah berkata kepadanya: “Bohong kamu, akan tetapi kamu munafiq, sungguh aku akan memberitahu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam .” Maka pergilah Auf untuk menjumpai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahu perkataan orang munafiq ini. Belum sampai Auf bin Malik datang menjumpai beliau, telah turun ayat yang memberitahu keadaan tersebut dengan sebenarnya. Yaitu ayat yang terdapat dalam QS.