Langsung ke konten utama

Tahapan Jihad Fi Sabilillah

Sebelumnya, di Makkah kaum muslimin telah mendapatkan banyak gangguan dan siksaan dari kaum musyrikin. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memberi wasiat pada mereka agar mereka bersabar menghadapinya. Karena ketika itu jumlah kaum muslimin masih sedikit. Perlengkapan perang kaum muslimin juga masih sedikit.

Namun gangguan kaum musyrikin semakin keras. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pun memberi perintah kepada muslimin supaya mereka berpindah (hijrah) yang pertama kalinya ke Habasyah. Kemudian ke Madinah. Lalu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pun berhijrah ke Madinah, dan menetap di sana.

Setelah itu jihad fi sabilillah diwajibkan atas kaum muslimin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS. Al-Hajj ayat 39, yang artinya:

"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-­benar Maha Kuasa menolong mereka itu."

Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mempersiapkan perlengkapan perang. Beliau mulai memerangi kaum Quraisy. Karena mereka telah mengeluarkan kaum muslimin dari negeri dan harta mereka.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengirim pasukan-pasukan sariyyah (pasukan yang tidak di hadiri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan jumlah mereka tidak lebih dari 400 orang). Dan beliau mempersiapkan kaum muslimin untuk memerangi kaum musyrikin, agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi.

Diantara sariyyah-sariyyah ini adalah :

1. Sariyyah Ubaidah ibnul Harits Rodhiallahu ‘anhu.

2. Sariyyah Hamzah bin 'Abdil Muthallib Rodhiallahu ‘anhu.

3. Sariyyah 'Abdullah bin Jahsy Rodhiallahu ‘anhu.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam juga mempersiapkan beberapa peperangan. Seperti perang Wadan dan perang Buwath.

Sariyyah-sariyyah dan pasukan ini mencapai beberapa sasaran, diantaranya:

1. Menjadi ancaman bagi jalur dagang Quraisy ke negeri Syam dan Yaman.

2. Mengikat perjanjian damai dengan kabilah-­kabilah yang tinggal di sekitar Madinah.

3. Menampakkan kekuatan kaum muslimin di hadapan musuh-musuh mereka.

Pertempuran pertama antara kaum muslimin dan kaum musyrikin adalah perang Badr Kubra.

Sumber: Muqarrar Al-Mustawa Ats Tsalits fis Siratin Nabawiyyah-Syu’bah Ta’lim Al Lughah Al Arabiyyah Al Jami’ah Al Islamiyyah, Madinah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya muslim indonesia

Budaya muslim indonesia yang harus diperbaharui pemahamannya : Rebo Wekasan Rebo Wekasan merupakan suatu perayaan unik yang hanya ada di desa Suci, kecamatan Manyar Kabupaten Gresik dan hanya dirayakan pada Rabu terakhir di Bulan Shafar kalender Hijriyyah. Dinamakan Rebo Wekasan karena pada zaman dahulu terjadi bencana kekeringan di sebuah desa bernama Pelaman, sebenarnya sunan Giri telah memberikan petunjuk kalau ada sumber air yang sangat besar di sekitar Masjid Pelaman. Tetapi lama kelamaan sumber air tadi menyusut. Kemudian Sunan Giri memberi petunjuk jika mereka menemukan tempat yang banyak tumbuh pepohonan maka akan ada sumber air disana. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya mereka menemukan tempat tersebut di sebuah desa bernama Pongangan. Dari sinilah perayaan Rebo Wekasan ada karena hari ditemukannya sumber tersebut dan selesainya pembangunan masjid yang semula ada di desa Pelaman jatuh pada hari Rebo Pungkasan di bulan Shafar kalender Hijriyyah. Saat ini perayaan Rebo

Kisah Seorang Munafik di Zaman Rasulullah

Kisah ini disampaikan oleh sahabat Ibnu umar Radhiallahu ‘anhu , Muhammad bin Kaeb Radhiallahu ‘anhu , Zaid bin Aslam Radhiallahu ‘anhu dan Qatadah Radhiallahu ‘anhu berkata (ringkasnya demikian): Ada seorang laki-laki (munafik) pada waktu perang Tabuk dia berkata: “Tidaklah kami melihat semisal Qurra’ (pembaca al-Qur’an) kita ini, mereka paling besar perutnya (karena banyak makan), paling pendusta (ketika berbicara), paling penakut (bila berhadapan dengan musuh).” Perkataan itu ditujukan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Mendengar hal tersebut Auf bin Malik Rahimahullah berkata kepadanya: “Bohong kamu, akan tetapi kamu munafiq, sungguh aku akan memberitahu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam .” Maka pergilah Auf untuk menjumpai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahu perkataan orang munafiq ini. Belum sampai Auf bin Malik datang menjumpai beliau, telah turun ayat yang memberitahu keadaan tersebut dengan sebenarnya. Yaitu ayat yang terdapat dalam QS.