Langsung ke konten utama

Hijrah Nabi ke Madinah An Nabawiyyah

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bermimpi bahwa negeri hijrah beliau adalah Madinah (Yatsrib). Maka beliau memberi perintah kepada para sahabat untuk berhijrah ke sana. Setelah itu diijinkan bagi beliau untuk berhijrah.

Maka kaum musyrikin berkumpul di Darun Nadwah. Mereka ingin mencegah beliau. Jangan sampai beliau berhijrah. Mereka membuat kesepakatan agar masing-masing kabilah mendatangkan pemuda yang kuat untuk menghadang Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam di muka rumah beliau.

Mereka membuat makar. Bila beliau keluar rumah maka mereka akan membunuh beliau. Mereka akan menebas beliau bersama-sama, seperti tebasan pedang satu orang. Sehingga darah beliau tertumpah terpencar di seluruh kabilah. Dengan begitu kabilah Bani Hasyim tidak mempunyai pilihan, selain menerima diyat (tebusan darah).

Allah berfirman dalam QS. Al-Anfal : 30 yang artinya:

"Dan ingatlah ketika orang-orang kafir membuat makar. Untuk menahanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Dan mereka membuat tipu daya maka Allah membalas tipu daya itu. Dan Allah adalah sebaik-baik Pembalas tipu daya. "

Kemudian Jibril datang kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam. Ia mengabarkan rencana mereka. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memberi perintah kepada 'Ali Rodhiallahu ‘anhu agar tidur di tempat tidur beliau.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju rumah Abu Bakar.
Beliau memberitahu bahwa Allah telah memberikan ijin kepada beliau untuk berhijrah dari Makkah.
Maka Abu Bakar berkata: “Aku akan menemanimu, wahai Rasulullah." Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kembali ke rumah beliau. Lalu beliau keluar rumah, sedangkan para pemuda itu tengah menunggu-nunggu beliau. Beliau mengambil setangkup tanah. Beliau taburkan ke kepala-kepala mereka sembari membaca awal surat Yasin sampai ayat ke 9 yang artinya:

"Dan Kami jadikan di depan mereka dinding dan di belakang mereka dinding pula. Maka Kami menutupi mereka sehingga mereka tidak dapat melihat."

Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menuju rumah Abu Bakar. Keduanya pergi menuju gua Tsur.
Allah Ta'ala berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 40, yang artinya:

" ... ketika keduanya berada di dalam gua, di waktu ia berkata kepada temannya: 'Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan dari-Nya kepada (Muhammad ) dan membantunya dengan tentara yang tidak dapat kalian lihat..."

Mereka bersembunyi di dalam gua selama tiga hari. Kemudian Quraisy mengetahui bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam telah keluar dari Makkah. Dan mereka mengetahui bahwa orang yang tidur di atas tempat tidur Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah 'Ali.
Maka mereka mulai mencari beliau di semua tempat. Tetapi Allah menyembunyikan beliau. Sehingga manusia tidak bisa melihat beliau.

Kemudian Quraisy membuat sayembara. Mereka akan memberi hadiah seratus ekor onta bagi siapa saja yang dapat membawa kembali Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dan sahabatnya, baik dalam keadaan hidup atau mati.

Lolosnya Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah
Dari gua Tsur Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan sahabatnya Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu menuju Madinah. Penunjuk jalan beIiau adalah 'Abdullah bin Uraiqith. Ia adalah orang yang mengetahui jalur perjalanan yang tidak diketahui orang lain. Ia juga seorang yang terpercaya.

Di tengah perjalanan mereka dihadang Suraqah bin Malik. Ia ingin mendapatkan hadiah sayembara Quraisy. Namun Suraqah tidak mampu menangkap mereka. Ia justru kembali dalam keadaan menjadi pelindung bagi mereka. Padahal sebelumnya di awal hari ia ikut mencari mereka.

Mereka pun meneruskan perjalanan. Mereka mencapai Quba' pada hari Senin tanggal 12 Rabi'ul Awwal. Di Quba' Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam singgah ditempat Bani 'Amr bin 'Auf. Beliau tinggal di Quba' selama empat belas hari. Pada waktu itu beliau membangun masjid Quba'.

Kemudian Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu melanjutkan perjalanan ke Madinah. Mereka melewati perkampungan- perkampungan kaum Anshar. Setiap perkampungan selalu meminta beliau untuk singgah. Mereka menahan onta beliau. Maka beliau pun selalu berkata, "Biarkan onta ini, karena ia telah diperintah (oleh Allah)." Maka onta beliau terus berjalan. Sampai akhirnya menderum di tempat yang sekarang menjadi masjid beliau.

Di Madinah beliau singgah di tempat Abu Ayyub Al Anshari, selama tujuh bulan. Hingga beliau membangun masjid, dan kamar-kamar para ummahatul mukminin.

Masjid mempunyai kedudukan penting di dalam Islam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selalu memulai dengan membangun masjid. Baik di Quba' maupun di Madinah. Karena masjid adalah tempat berkumpulnya kaum muslimin. Masjid juga sekolah pertama di dalam Islam. Dan masjid akan senantiasa demikian keadaannya sampai pada saatnya Allah mewarisi bumi dan siapa yang ada di atasnya.

Keadaan Setelah Hijrah
Setelah hijrah kaum muslimin yang datang dari Makkah dinamakan kaum Muhajirin. Dan orang-orang Madinah yang masuk islam dinamakan kaum Anshar. Yatsrib dinamakan juga sebagai Darul Hijrah (Negeri Hijrah), Al Madinah An Nabawiyyah (Kota Nabi), Madinatur Rasul (Kota Rasul).

Sumber: Muqarrar Al-Mustawa Ats Tsalits fis Siratin Nabawiyyah-Syu’bah Ta’lim Al Lughah Al Arabiyyah Al Jami’ah Al Islamiyyah, Madinah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya muslim indonesia

Budaya muslim indonesia yang harus diperbaharui pemahamannya : Rebo Wekasan Rebo Wekasan merupakan suatu perayaan unik yang hanya ada di desa Suci, kecamatan Manyar Kabupaten Gresik dan hanya dirayakan pada Rabu terakhir di Bulan Shafar kalender Hijriyyah. Dinamakan Rebo Wekasan karena pada zaman dahulu terjadi bencana kekeringan di sebuah desa bernama Pelaman, sebenarnya sunan Giri telah memberikan petunjuk kalau ada sumber air yang sangat besar di sekitar Masjid Pelaman. Tetapi lama kelamaan sumber air tadi menyusut. Kemudian Sunan Giri memberi petunjuk jika mereka menemukan tempat yang banyak tumbuh pepohonan maka akan ada sumber air disana. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya mereka menemukan tempat tersebut di sebuah desa bernama Pongangan. Dari sinilah perayaan Rebo Wekasan ada karena hari ditemukannya sumber tersebut dan selesainya pembangunan masjid yang semula ada di desa Pelaman jatuh pada hari Rebo Pungkasan di bulan Shafar kalender Hijriyyah. Saat ini perayaan Rebo

Kisah Seorang Munafik di Zaman Rasulullah

Kisah ini disampaikan oleh sahabat Ibnu umar Radhiallahu ‘anhu , Muhammad bin Kaeb Radhiallahu ‘anhu , Zaid bin Aslam Radhiallahu ‘anhu dan Qatadah Radhiallahu ‘anhu berkata (ringkasnya demikian): Ada seorang laki-laki (munafik) pada waktu perang Tabuk dia berkata: “Tidaklah kami melihat semisal Qurra’ (pembaca al-Qur’an) kita ini, mereka paling besar perutnya (karena banyak makan), paling pendusta (ketika berbicara), paling penakut (bila berhadapan dengan musuh).” Perkataan itu ditujukan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Mendengar hal tersebut Auf bin Malik Rahimahullah berkata kepadanya: “Bohong kamu, akan tetapi kamu munafiq, sungguh aku akan memberitahu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam .” Maka pergilah Auf untuk menjumpai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahu perkataan orang munafiq ini. Belum sampai Auf bin Malik datang menjumpai beliau, telah turun ayat yang memberitahu keadaan tersebut dengan sebenarnya. Yaitu ayat yang terdapat dalam QS.