Langsung ke konten utama

Perang al-Ahzab Tahun ke-5 H

Perang ini dinamakan perang Al-Ahzab (golongan-golongan yang bersekutu), karena kabilah-kabilah dalam jumlah yang banyak bersekutu untuk memerangi kaum musIimin. Kabilah-kabilah itu adalah kabilah-kabilah musyrikin dan Yahudi.

Kisah perang Al Ahzab dirincikan Al Qur'an, di dalam surat Al Ahzab ayat , yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman ingatlah nikmat Allah kepada kalian tatkala datang kepada kalian tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara-tentara yang yang tidak dapat kalian lihat. Dan adalah Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan."


Jumlah Masing-masing Kubu
Jumlah pasukan Al-Ahzab mencapai sepuluh ribu orang. Sedangkan jumlah pasukan muslimin tiga ribu orang.

Penggalian Khandaq (Parit)
Perang Al-Ahzab juga disebut perang Khandaq. Ketika itu kaum muslimin mengetahui kabar datangnya pasukan Ahzab. Maka Salman Al-Farisi Rodhiallahu ‘anhu memberi usulan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam agar menggali parit di sekitar Madinah. Supaya pasukan Al Ahzab kesulitan memasuki Madinah.

Kemudian pasukan Al-Ahzab sampai di Madinah. Mereka menjumpai parit menganga di hadapan mereka. Maka mereka mendirikan kemah di hadapan parit itu. Mereka berada di sana selama lebih dari dua puluh hari.

Kekalahan Kaum Musyrikin
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus angin yang sangat kencang kepada pasukan Al -Ahzab. Angin itu mencabut tenda-tenda mereka. Angin itu juga melemparkan rasa takut di kalbu orang-orang musyrik itu. Maka mereka bercerai-berai. Mereka kembali ke kampung-kampung mereka.

Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 25, yang artinya:
"Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, sedangkan mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa."

Setelah perang Al Ahzab maka strategi militer kaum muslimin berubah. Dari tahapan bertahan (defensif), menjadi tahapan menyerang musuh (ofensif).

Sumber: Muqarrar Al-Mustawa Ats Tsalits fis Siratin Nabawiyyah-Syu’bah Ta’lim Al Lughah Al Arabiyyah Al Jami’ah Al Islamiyyah, Madinah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya muslim indonesia

Budaya muslim indonesia yang harus diperbaharui pemahamannya : Rebo Wekasan Rebo Wekasan merupakan suatu perayaan unik yang hanya ada di desa Suci, kecamatan Manyar Kabupaten Gresik dan hanya dirayakan pada Rabu terakhir di Bulan Shafar kalender Hijriyyah. Dinamakan Rebo Wekasan karena pada zaman dahulu terjadi bencana kekeringan di sebuah desa bernama Pelaman, sebenarnya sunan Giri telah memberikan petunjuk kalau ada sumber air yang sangat besar di sekitar Masjid Pelaman. Tetapi lama kelamaan sumber air tadi menyusut. Kemudian Sunan Giri memberi petunjuk jika mereka menemukan tempat yang banyak tumbuh pepohonan maka akan ada sumber air disana. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya mereka menemukan tempat tersebut di sebuah desa bernama Pongangan. Dari sinilah perayaan Rebo Wekasan ada karena hari ditemukannya sumber tersebut dan selesainya pembangunan masjid yang semula ada di desa Pelaman jatuh pada hari Rebo Pungkasan di bulan Shafar kalender Hijriyyah. Saat ini perayaan Rebo

Kisah Seorang Munafik di Zaman Rasulullah

Kisah ini disampaikan oleh sahabat Ibnu umar Radhiallahu ‘anhu , Muhammad bin Kaeb Radhiallahu ‘anhu , Zaid bin Aslam Radhiallahu ‘anhu dan Qatadah Radhiallahu ‘anhu berkata (ringkasnya demikian): Ada seorang laki-laki (munafik) pada waktu perang Tabuk dia berkata: “Tidaklah kami melihat semisal Qurra’ (pembaca al-Qur’an) kita ini, mereka paling besar perutnya (karena banyak makan), paling pendusta (ketika berbicara), paling penakut (bila berhadapan dengan musuh).” Perkataan itu ditujukan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Mendengar hal tersebut Auf bin Malik Rahimahullah berkata kepadanya: “Bohong kamu, akan tetapi kamu munafiq, sungguh aku akan memberitahu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam .” Maka pergilah Auf untuk menjumpai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahu perkataan orang munafiq ini. Belum sampai Auf bin Malik datang menjumpai beliau, telah turun ayat yang memberitahu keadaan tersebut dengan sebenarnya. Yaitu ayat yang terdapat dalam QS.