Langsung ke konten utama

Pengutusan Rasulullah Dengan Risalah

Di Makkah Muhammad Sholallahu 'alaihi wasalam dikenal dengan sifat amanah. Beliau terkenal jujur dan mempunyai pemikiran yang lurus. Beliau tidak meminum khamr. Beliau tidak sujud kepada patung-patung. Dan beliau juga tidak bersumpah dengan nama tuhan-tuhan selain Allah.

Kemudian beliau dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala menyukai kesendirian. Beliau suka mengasingkan diri. Beliau berpikir dan merenung di gua Hiro'. Beliau menyepi selama bermalam-malam. Ini semua terjadi sebelum beliau diutus menjadi rasul. Setelah berumur empat puluh tahun, beliau menerima wahyu. Maka tidaklah beliau bermimpi, kecuali mimpi itu datang seperti menyingsingnya fajar. Ini adalah mimpi yang benar. Hal ini adalah awal mula turunnya wahyu.


Pada hari senin bulan Ramadhan, Malaikat Jibril mendatangi beliau dengan tiba-tiba. Ketika itu beliau di gua Hiro'. Jibril datang untuk pertama kalinya.

Jibril berkata kepada beliau, "Bacalah!"

Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam menjawab, "Aku tidak bisa membaca".

Lalu Jibril mengambil beliau. Jibril memeluknya sampai beliau merasa sesak. Kemudian Jibril melepaskannya.

Jibril berkata, "Bacalah!"

Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam menjawab, "Aku tidak bisa membaca.

Jibril menariknya lagi Jibril memeluk beliau lagi untuk yang kedua kalinya. Kemudian ia melepaskannya. Ia berkata lagi, "Bacalah!"

Beliau menjawab lagi, "Aku tidak bisa membaca.

Maka Jibril menariknya dan memeluknya.
Kemudian ia berkata kepada Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam
"Bacalah dengan nama Rabbmu yang menciptakan. Ia menciptakan manusia dari segumpal darah."
(QS. Al 'Alaq: 1-2)

Kemudian Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam kembali ke Makkah. Badan beliau menggigil ketakutan karena kejadian itu. Beliau menemui Khadijah Rhodiallahu 'anha. Beliau berkata,"Selimuti aku, selimuti aku." Maka Khadijah Rhodiallahu 'anha menyelimuti beliau sampai hilang rasa takut dari diri beliau. Kemudian Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam menceritakan kejadian di gua. Beliau bercerita kepada sang istri.

Maka Khadijah Rhodiallahu 'anhapun mengajak Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam pergi menemui menemui sepupu Khadijah Rhodiallahu 'anha. Namanya Waraqah bin Naufal. Waraqah memiliki ilmu agama Nashrani. Maka Waraqah mengatakan kepada beliau,"Sesungguhnya malaikat ini adalah malaikat yang turun menemui Musa.

Peristiwa ini adalah permulaan yang turun dari Al Qur'anul Karim. Kemudian wahyu terputus dari Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam. Wahyu tidak turun selama beberapa waktu. Maka Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam menjadi amat sangat sedih.

Setelah itu diturunkan surat Al Muddatstsir. Maka beliau pun mulai berdakwah kepada manusia. Beliau menyeru mereka untuk bertauhid mengesakan Allah dalam peribadahan. Beliau memperingatkan mereka dari kesyirikan.

Wanita pertama yang beriman adalah Khadijah Rhodiallahu 'anha. Laki-laki yang pertama kali beriman adalah Abu Bakr Ash Shiddiq Rhodiallahu 'anhu. Anak-anak yang pertama kali beriman adalah Ali bin Abi Thalib Rhodiallahu 'anhu. Bekas budak yang pertama kali beriman adalah Zaid bin Haritsah Rhodiallahu 'anhu. Keluarga yang pertama kali beriman adalah keluarga Abu Bakr, Sa'ad bin Abi Waqqash, Utsman bin 'Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Az Zubair ibnul Awwam,dan Khalid bin Sa'ad bin Al Ash.

Telah turun ayat pada Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam,
"Wahai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berikanlah peringatan." (QS. AI Muddatstsir: 1-2)

Maka Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam mulai berdakwah. Beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mulai dengan mendakwahi orang-orang yang beliau percayai. Beliau terus berdakwah diam-­diam selama tiga tahun. Kemudian Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam diperintahkan untuk berdakwah dengan terang­-terangan.

Ketika itu turun firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Dan peringatkanlah kerabat-kerabatmu yang terdekat." (QS. AsySyu'ara': 214)

Maka Nabi Sholallahu 'alaihi wasalam menaiki bukit Shafa. Beliau berteriak, "Wahai manusia.....!"

Kemudian orang-orang Quraisy berkumpul di hadapan beliau.

Beliau berkata: "Wahai Bani Fulan, wahai Bani Abdi Manaf, wahai Bani Abdil Muthalib, apa pendapat kalian seandainya aku kabarkan bahwa ada satu pasukan berkuda akan keluar dari kaki bukit ini, apakah kalian akan mempercayaiku?"

Mereka menjawab:

"Kami tidak pernah mendapatimu berdusta." Beliau berkata:

"Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian sebelum datangnya adzab yang pedih."

Maka Abu Lahab Paman Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam bangkit mendekat.

Ia berkata: "Celakalah engkau! Apa hanya karena perkara ini engkau mengumpulkan kami?!"

Maka turunlah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

"Celakalah kedua tangan Abu Lahab. Dan celakalah ia."

Sumber: Muqarrar al-Mustawa Ats Tsalits fis Siratin Nabawiyyah—Syu'bah Ta'lim al-Lughah al-'Arabiyyah al-Jami'ah al-Islamiyyah, Madinah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya muslim indonesia

Budaya muslim indonesia yang harus diperbaharui pemahamannya : Rebo Wekasan Rebo Wekasan merupakan suatu perayaan unik yang hanya ada di desa Suci, kecamatan Manyar Kabupaten Gresik dan hanya dirayakan pada Rabu terakhir di Bulan Shafar kalender Hijriyyah. Dinamakan Rebo Wekasan karena pada zaman dahulu terjadi bencana kekeringan di sebuah desa bernama Pelaman, sebenarnya sunan Giri telah memberikan petunjuk kalau ada sumber air yang sangat besar di sekitar Masjid Pelaman. Tetapi lama kelamaan sumber air tadi menyusut. Kemudian Sunan Giri memberi petunjuk jika mereka menemukan tempat yang banyak tumbuh pepohonan maka akan ada sumber air disana. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya mereka menemukan tempat tersebut di sebuah desa bernama Pongangan. Dari sinilah perayaan Rebo Wekasan ada karena hari ditemukannya sumber tersebut dan selesainya pembangunan masjid yang semula ada di desa Pelaman jatuh pada hari Rebo Pungkasan di bulan Shafar kalender Hijriyyah. Saat ini perayaan Rebo

Kisah Seorang Munafik di Zaman Rasulullah

Kisah ini disampaikan oleh sahabat Ibnu umar Radhiallahu ‘anhu , Muhammad bin Kaeb Radhiallahu ‘anhu , Zaid bin Aslam Radhiallahu ‘anhu dan Qatadah Radhiallahu ‘anhu berkata (ringkasnya demikian): Ada seorang laki-laki (munafik) pada waktu perang Tabuk dia berkata: “Tidaklah kami melihat semisal Qurra’ (pembaca al-Qur’an) kita ini, mereka paling besar perutnya (karena banyak makan), paling pendusta (ketika berbicara), paling penakut (bila berhadapan dengan musuh).” Perkataan itu ditujukan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Mendengar hal tersebut Auf bin Malik Rahimahullah berkata kepadanya: “Bohong kamu, akan tetapi kamu munafiq, sungguh aku akan memberitahu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam .” Maka pergilah Auf untuk menjumpai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahu perkataan orang munafiq ini. Belum sampai Auf bin Malik datang menjumpai beliau, telah turun ayat yang memberitahu keadaan tersebut dengan sebenarnya. Yaitu ayat yang terdapat dalam QS.