Langsung ke konten utama

Perang Badr Kubra

Setelah Rasulullah berhijrah ke kota Madinah, kaum muslimin mampu beribadah dengan leluasa dan mempersiapkan diri untuk melakukan peperangan (setelah diwajibkannya jihad fi sabilillah sebagaimana pembahasan sebelumnya, lihat: Tahapan Jihad Fi Sabilillah). Kemudian terjadilah Perang Badr Kubra. Pada bahasan kali ini akan membahas sedikit masalah Perang Badr Kubra. Untuk pembahasan secara lebih lengkapnya silahkan baca di Kisah Peperangan.

Sebab Peperangan

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berpandangan untuk memotong jalur kafilah dagang Quraisy ke negeri Syam, agar melemahkan musyrikin dari sisi materi. Kemudian beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam mengetahui bahwa kafilah dagang pimpinan Abu Sufyan akan tiba dari negeri Syam. Kafilah itu membawa harta yang sangat banyak, dan yang menjaga kafilah itu hanya 30 atau 40 orang.

Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para shahabatnya, "Rombongan unta Quraisy ini membawa harta-harta mereka, keluarlah, hadang mereka. Semoga Allah menambahkan rampasan perang pada kalian."

Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam keluar dari Madinah bersama 314 orang shahabat. Mereka membawa 70 onta. Mereka bergantian menaiki onta-onta tersebut. Mereka juga membawa dua kuda. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bergantian onta dengan Abu Lubabah dan 'Ali bin Abi Thalib.

Pada mulanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak mengharapkan terjadi pertempuran. Beliau mengharapkan kafilah dagang itu untuk segera menyerah, meninggalkan harta rampasan bagi kaum muslimin.

Berita dari Kafilah
Abu Sufyan mengetahui keluarnya kaum muslimin untuk menghadangnya. Maka ia merubah jalur perjalanannya. Ia membawa kafilahnya menuju jalan yang melewati pantai. Ia mengirim Dhomdhom bin 'Amr Al Ghifari kepada Quraisy. Ia meminta agar kabilah Quraisy keluar untuk menjaga perdagangan orang-orang mereka.

Karena itu Quraisy mempersiapkan pasukan. Pasukan itu terdiri dari seribu orang dengan tujuh ratus ekor onta dan tiga ratus ekor kuda.

Kemudian Abu Sufyan mengirim utusan lagi kepada Quraisy. Ia memberi kabar, bahwa kafilahnya selamat dari hadangan kaum muslimin. Namun kabilah Quraisy tetap melanjutkan perjalanan. Sampai mereka mencapai sumur Badr.

Persiapan Perang
Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengetahui, bahwa kabilah Quraisy keluar dari Makkah. Mereka ingin rnemerangi beliau. Beliau meminta pendapat para sahabat. Karena sebelumnya para sahabat tidak tahu. Mereka tidak mempunyai rencana keluar untuk berperang.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Surah Al Anfal ayat 5, yang artinya:
"Sebagaimana Rabbmu menyuruhmu keluar dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya."

Dan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Surah Al Anfal ayat 7, yang artinya:
"Dan ingatlah ketika Allah menjanjikan kepada kalian salah satu dari dua kelompok (yang. kalian hadapi) adalah untuk kalian, sedangkan kalian berharap bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang kalian hadapi. Dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan menghendaki untuk memusnahkan orang-orang kafir."

Ternyata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mendapati para sahabat siap untuk berperang. Dan mereka telah menjual jiwa-jiwa mereka untuk Allah Ta'ala. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mulai mengatur barisan. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada para sahabat dengan salah satu dari dua kebaikan. Dengan kemenangan dari Allah, atau dengan kesyahidan.

Permulaan Pertempuran
Kedua pasukan bertemu di Badr, pada hari Jumat 17 Ramadhan tahun 6 H. Pertempuran itu dimulai dengan duel (perang tanding). Tiga orang dari kaum musyrikin maju. Mereka meminta duel. Mereka adalah Syaibah bin Rabi'ah, 'Utbah bin Rabi'ah dan anaknya Al Walid bin 'Utbah. Maka tiga orang dari pasukan muslimin pun maju untuk menghadapi mereka. Tiga orang itu adalah 'Ubaidah bin Al Harits, 'Ali bin Abi Thalib, dan Hamzah bin 'Abdul Muthallib Rodhiallahu ‘anhuma. 'Ubaidah menghadapi Al Walid. Hamzah menghadapi 'Utbah. Maka Hamzah berhasil membunuhnya. 'Ali menghadapi Syaibah. 'Ali pun bisa membunuhnya. Adapun 'Ubaidah dan Al Walid, mereka saling memukul. Kemudian Hamzah dan 'Ali bergabung, mereka menghadapi Al Walid. Sehingga mereka berdua membunuh Al Walid. Kemudian mereka membawa 'Ubaidah mundur. Mereka membawanya ke perkemahan pasukan muslimin.

Kemudian kedua pasukan bertemu dan saling bertempur. Allah memberikan pertolongan kepada kaum muslimin. Allah menurunkan malaikat-malaikat-Nya. Allah telah menetapkan kemenangan bagi kaum muslimin.

Buah dari Pertempuran Badr

- Kaum Muslimin mendapatkan kemenangan, sedangkan kaum musyrikin terpukul mundur.

- Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an surah Ali Imran:123, yang artinya:
"Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badr. Padahal kalian ketika itu adalah orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mensyukurinya."

- Empat belas orang dari kaum muslimin " mendapatkan syahadah (mati syahid).

- Kaum muslimin mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang) yang banyak.

- Tujuh puluh orang musyrikin terbunuh. Dan tujuh puluh orang tertawan. Diantara orang yang terbunuh adalah Abu Jahal. Ia adalah Fir'aunnya umat ini.

- Kaum musyrikin menjadi sadar bahwa muslimin telah menjadi sebuah kekuatan yang besar.

Sumber: Muqarrar Al-Mustawa Ats Tsalits fis Siratin Nabawiyyah-Syu’bah Ta’lim Al Lughah Al Arabiyyah Al Jami’ah Al Islamiyyah, Madinah.

Komentar

Posting Komentar

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Name/URL: Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonymous: Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).

Postingan populer dari blog ini

Kisah Seorang Munafik di Zaman Rasulullah

Kisah ini disampaikan oleh sahabat Ibnu umar Radhiallahu ‘anhu , Muhammad bin Kaeb Radhiallahu ‘anhu , Zaid bin Aslam Radhiallahu ‘anhu dan Qatadah Radhiallahu ‘anhu berkata (ringkasnya demikian): Ada seorang laki-laki (munafik) pada waktu perang Tabuk dia berkata: “Tidaklah kami melihat semisal Qurra’ (pembaca al-Qur’an) kita ini, mereka paling besar perutnya (karena banyak makan), paling pendusta (ketika berbicara), paling penakut (bila berhadapan dengan musuh).” Perkataan itu ditujukan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Mendengar hal tersebut Auf bin Malik Rahimahullah berkata kepadanya: “Bohong kamu, akan tetapi kamu munafiq, sungguh aku akan memberitahu Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam .” Maka pergilah Auf untuk menjumpai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahu perkataan orang munafiq ini. Belum sampai Auf bin Malik datang menjumpai beliau, telah turun ayat yang memberitahu keadaan tersebut dengan sebenarnya. Yaitu ayat yang terdapat dalam QS.

Budaya muslim indonesia

Budaya muslim indonesia yang harus diperbaharui pemahamannya : Rebo Wekasan Rebo Wekasan merupakan suatu perayaan unik yang hanya ada di desa Suci, kecamatan Manyar Kabupaten Gresik dan hanya dirayakan pada Rabu terakhir di Bulan Shafar kalender Hijriyyah. Dinamakan Rebo Wekasan karena pada zaman dahulu terjadi bencana kekeringan di sebuah desa bernama Pelaman, sebenarnya sunan Giri telah memberikan petunjuk kalau ada sumber air yang sangat besar di sekitar Masjid Pelaman. Tetapi lama kelamaan sumber air tadi menyusut. Kemudian Sunan Giri memberi petunjuk jika mereka menemukan tempat yang banyak tumbuh pepohonan maka akan ada sumber air disana. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya mereka menemukan tempat tersebut di sebuah desa bernama Pongangan. Dari sinilah perayaan Rebo Wekasan ada karena hari ditemukannya sumber tersebut dan selesainya pembangunan masjid yang semula ada di desa Pelaman jatuh pada hari Rebo Pungkasan di bulan Shafar kalender Hijriyyah. Saat ini perayaan Rebo

Istri Rasulullah Khadijah Binti Khuwailid Radhiallâhu 'Anha

Beliau adalah seorang sayyidah wanita sedunia pada zamannya. Dia adalah putri dari Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Dijuluki ath-Thahirah yakni yang bersih dan suci. Sayyidah Quraisy ini dilahirkan di rumah yang mulia dan terhormat kira-kira 15 tahun sebelum tahun fill (tahun gajah). Beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi seorang wanita yang cerdas dan agung. Beliau dikenal sebagai seorang yang teguh dan cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya menaruh simpati kepadanya. Pada mulanya beliau dinikahi oleh Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi yang membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun.Tatkala Abu Halah wafat, beliau dinikahi oleh Atiq bin 'A'id bin Abdullah al-Makhzumi hingga beberapa waktu lamanya namun akhirnya mereka cerai. Setelah itu banyak dari para pemuka-pemuka Quraisy yang menginginkan beliau tetapi beliau memprioritas